Gerak Cepat! Tulisan Mandarin di Gapura Pagoda Teluk Betung Resmi Dicopot

Bandar Lampung, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung bergerak cepat merespons kritik warga terkait tulisan aksara Mandarin 欢迎光临 (huān yíng guāng lín) di Gapura Pagoda, Jalan Ikan Hiu, Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan. Rabu (29/10/2025), tulisan tersebut resmi dicopot oleh tim Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandar Lampung.

Kepala Dinas PU Bandar Lampung, Dedi Sutiyoso, mengatakan langkah ini merupakan bentuk tindak lanjut atas aspirasi masyarakat yang menilai tulisan itu tidak sesuai dengan adat dan kearifan lokal Lampung.

“Atas perintah Wali Kota, kita tindak lanjuti aspirasi masyarakat yang berkembang terkait aksara Cina/mandarin. Jadi akan kita ganti dengan aksara Lampung,” ujar Dedi didampingi Kepala Bidang Cipta Karya, Eko Ismanto.

Menggunakan Mobil Crane

Pemkot Bandar Lampung Copot Tulisan Mandarin di Gapura Pagoda, Gantikan dengan Aksara Lampung

Proses pencopotan dilakukan oleh tim rutin Bidang Cipta Karya menggunakan mobil crane. Pantauan di lokasi, kegiatan berlangsung kondusif tanpa hambatan berarti.

Dedi menambahkan, penggantian tulisan dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap identitas daerah.

“Aspirasi yang berkembang kan, masyarakat keberatan dengan aksara ini. Maka hari ini akan langsung kita ganti tulisan ‘Selamat Datang’ dengan aksara Lampung,” katanya.

Ragam Tanggapan Warga

Sebelumnya, keberadaan tulisan beraksara Cina di gapura itu menuai kritik dari sejumlah warga yang menganggapnya tidak mencerminkan nilai budaya lokal.

(*)

Zita Anjani Tegaskan Komitmen Lestarikan Tari Tuping 12 Wajah di Lampung Selatan

Kalianda – Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lampung Selatan sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata, Zita Anjani, menegaskan komitmennya dalam melestarikan seni tradisional daerah, khususnya Tari Tuping 12 Wajah.

Hal itu ia sampaikan saat membuka Workshop Pelatihan Tari Tuping 12 Wajah di Aula SMA Negeri 2 Kalianda. Di hadapan ratusan pelajar, Zita mengungkapkan kebanggaannya atas antusiasme generasi muda dalam mempelajari warisan budaya tak benda Lampung Selatan.

“Tari Tuping 12 Wajah dan Tari Kiamat merupakan aset budaya Lampung Selatan yang harus kita jaga bersama. Saya bangga sekali melihat semangat adik-adik hari ini,” ujar Zita.

Acara semakin meriah ketika Zita ikut menari Bedana bersama 200 siswi SMA Negeri 2 Kalianda. Ia juga menyaksikan langsung pertunjukan Tari Tuping 12 Wajah sekaligus menyerahkan bantuan berupa perlengkapan tuping kepada pihak sekolah sebagai dukungan pengembangan seni tradisional.

Zita menilai, pelatihan ini merupakan fondasi penting menuju Festival HUT Kabupaten Lampung Selatan pada 14 November 2025, yang ditargetkan menghadirkan sedikitnya 1.000 penari.

“Tahun ini kita mulai dari sekolah-sekolah. Tahun depan pelatihannya harus lebih besar agar seni tari kita tampil spektakuler di perayaan HUT Lampung Selatan dan dikenal hingga mancanegara,” tegasnya.

Ia juga mengajak seluruh kepala sekolah mempersiapkan siswanya sejak dini agar berpartisipasi penuh dalam festival budaya tersebut.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata Lampung Selatan, Intji Indriati, menjelaskan pelatihan yang berlangsung pada 22–24 September 2025 ini merupakan bagian dari program Agro Eduwisata yang digagas Bupati Lampung Selatan. Program ini menitikberatkan pada pelestarian budaya sekaligus penguatan pariwisata berbasis edukasi dan kearifan lokal.

“Melalui pelatihan ini, siswa tidak hanya belajar menari, tetapi juga diharapkan bisa menularkan pengetahuan kepada teman-temannya. Dengan begitu, Tari Tuping akan semakin luas dikenal dan tetap hidup di kalangan generasi muda,” jelas Intji.

Workshop ini diharapkan menjadi langkah awal kebangkitan kesenian tradisional Lampung Selatan, sekaligus mengangkat citra daerah sebagai destinasi wisata budaya di tingkat nasional maupun internasional.