
Beijing – Sektor industri manufaktur China menunjukkan lonjakan pendapatan terbesar dalam hampir dua tahun terakhir, didorong oleh meningkatnya produksi dan melandainya penurunan harga pabrik. Perbaikan ini terjadi di tengah upaya pemerintah untuk menekan kelebihan kapasitas dan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi.
Dikutip dari Bloomberg, laba industri China pada September 2025 tercatat naik 21,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya — kenaikan tertinggi sejak November 2023. Capaian ini melanjutkan tren positif setelah pada Agustus laba industri juga tumbuh 20,4 persen, jauh di atas perkiraan analis Bloomberg Economics yang hanya memproyeksikan kenaikan sebesar 3,9 persen.
Selama sembilan bulan pertama tahun ini, total laba industri naik 3,2 persen, berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Senin (27/10). Sementara itu, perusahaan manufaktur mencatatkan pertumbuhan laba 9,9 persen, yang turut menutupi penurunan dua digit pada sektor pertambangan dan gas.

Kenaikan produksi industri yang lebih cepat menjadi pendorong utama peningkatan pendapatan pabrik dan tambang di China. Permintaan ekspor tetap kuat meskipun masih dihadapkan pada hambatan tarif dari Amerika Serikat, sementara laju penurunan harga pabrik mulai melambat dalam beberapa bulan terakhir.
Analis NBS Yu Weining menilai tren positif ini menunjukkan bahwa kebijakan makro yang diterapkan pemerintah mulai membuahkan hasil.
“China telah menjalankan kebijakan makro yang lebih aktif dan progresif untuk memperluas titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Sektor manufaktur berteknologi tinggi dan industri peralatan tumbuh pesat,” ujar Yu.
Ia menambahkan, pemulihan laba juga didukung oleh efek basis yang rendah pada tahun sebelumnya, ketika ekonomi China mengalami perlambatan tajam.
Sebelumnya, keuntungan industri sempat merosot selama empat bulan berturut-turut hingga November 2024 akibat pelemahan permintaan domestik. Kondisi tersebut memaksa pemerintah meluncurkan serangkaian stimulus untuk menstabilkan perekonomian.
Kini, tanda-tanda pemulihan semakin jelas. Survei Bank Rakyat China (PBOC) menunjukkan permintaan pinjaman korporasi meningkat pada kuartal terakhir, sementara indikator kondisi bisnis juga mengalami perbaikan. Meski demikian, indeks pesanan ekspor mengalami peningkatan, pesanan domestik justru menunjukkan pelemahan.
Menurut laporan Goldman Sachs Group Inc, kenaikan indeks harga pembelian dan penjualan bahan baku di kuartal ketiga mencerminkan upaya pemerintah dalam mengurangi “involusi” ekonomi — persaingan berlebihan tanpa pertumbuhan nyata.
Namun di sisi lain, survei PBOC terhadap lebih dari 20.000 deposan di 50 kota menunjukkan bahwa rumah tangga masih pesimis terhadap lapangan kerja dan cenderung menahan konsumsi. Lemahnya permintaan domestik, serta investasi yang menurun, masih menjadi tantangan utama keberlanjutan pemulihan.
Dalam komunike resmi yang dirilis Kamis lalu, Partai Komunis China menegaskan komitmennya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini dengan fokus pada stabilisasi lapangan kerja, dunia usaha, pasar, dan ekspektasi publik. Pemerintah juga menegaskan bahwa kebijakan makro akan terus diperkuat dan dapat diperluas bila diperlukan.
Sebagai langkah dukungan tambahan, otoritas China bulan lalu mengumumkan paket pendanaan baru senilai 1 triliun yuan (sekitar USD 140 miliar) untuk memperkuat investasi dan memperbaiki kondisi keuangan pemerintah daerah.