Pemerintah Dorong Investasi China Fokus pada Hilirisasi dan Transfer Teknologi

Pemerintah Dorong Investasi China Fokus pada Hilirisasi dan Transfer Teknologi

Shanghai – Pemerintah Indonesia mendorong agar investasi dari China tidak hanya berorientasi pada penambahan modal, tetapi juga diarahkan untuk memperkuat kapasitas industri nasional melalui hilirisasi, transfer teknologi, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Staf Khusus Menteri Investasi dan Hilirisasi Bidang Percepatan Hilirisasi dan Peningkatan Pengusaha Nasional, Sona Maesana, menegaskan bahwa investasi China harus mampu memberikan nilai tambah bagi Indonesia, khususnya dalam mempercepat penguasaan teknologi dan memperkuat rantai pasok industri dalam negeri.

“Peran investor China sangat strategis dalam mendukung peta jalan hilirisasi Indonesia. Kami ingin investasi yang masuk tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam, tetapi juga mendorong transfer teknologi dan pengembangan kapasitas industri nasional,” ujar Sona dalam keterangannya pada China–Indonesia Strategic Collaborative Development Summit di Shanghai, Senin (27/10).

Ilustrasi pabrik InfiMotion di China. Foto: Geely Auto
Ilustrasi pabrik InfiMotion di China. Foto: Geely Auto

Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi, China termasuk dalam lima besar negara investor utama di Indonesia, dengan total nilai investasi mencapai USD 35,3 miliar sepanjang periode 2020 hingga semester I 2025. Nilai tersebut mencatat pertumbuhan rata-rata 31 persen per tahun, dengan penanaman modal terbesar di sektor energi, industri pengolahan, logistik, dan teknologi digital — tersebar di wilayah Sulawesi Tengah, Jawa Barat, dan Maluku Utara.

Sona menjelaskan, Indonesia kini mendorong pola investasi baru dari China, yakni berfokus pada sektor energi bersih, manufaktur berteknologi tinggi, mobilitas listrik, serta industri berbasis inovasi seperti sistem logistik cerdas dan pesawat nirawak (UAV).

“Kerja sama Indonesia–China bukan hanya tentang angka investasi, tetapi bagaimana kita menciptakan nilai tambah, inovasi, dan transformasi ekonomi yang lebih hijau,” tegasnya.

Pemerintah Indonesia menargetkan Net Zero Emission pada 2060, dengan sasaran reduksi emisi 32–43 persen pada 2030 dan kontribusi energi terbarukan sebesar 34 persen dari total bauran energi nasional. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan investasi sekitar USD 28,5 miliar per tahun di sektor energi terbarukan hingga 2060, termasuk untuk pengembangan pembangkit surya, angin, panas bumi, serta sistem penyimpanan energi (BESS).

“Transisi energi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi peluang besar bagi sektor swasta dan investor global. Indonesia membuka kerja sama yang saling menguntungkan di bidang ekonomi hijau,” ujar Sona.

Ia juga mengajak pelaku usaha dan investor dari kedua negara untuk memperkuat kolaborasi dalam membangun ekosistem ekonomi hijau yang inovatif dan inklusif, sejalan dengan peta jalan hilirisasi investasi strategis Kementerian Investasi dan Hilirisasi.

Peta jalan tersebut mencakup 28 komoditas unggulan dengan total potensi investasi mencapai Rp 9.270 triliun hingga tahun 2040.

Tinggalkan Balasan