MPBKL Unila Libatkan Tokoh Adat Sebagai Penguji Tesis, Perkuat Kolaborasi Akademik dan Budaya Lokal

Bandar Lampung – Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Kebudayaan Lampung (MPBKL), Pascasarjana FKIP Universitas Lampung kembali menegaskan komitmennya dalam membangun sinergi antara dunia akademik dan budaya lokal. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan ujian tesis yang berlangsung di ruang Dekan FKIP Unila, dengan melibatkan tokoh adat sebagai bagian dari tim penguji.

Dalam ujian tersebut, hadir jajaran dosen dan penguji yakni Prof. Dr. Farida Ariyani, M.Pd., Dr. Tuntun Sianaga, M.Hum., Dr. Budi Kadaryanto, S.Pd., M.A., serta Dr. Albet Maydiantoro, M.Pd., selaku Dekan FKIP Unila. Yang menarik, Usman Karim JAB, S.Pd., M.M.—seorang tokoh masyarakat dan anggota Majelis Penyimbang Adat Lampung Kabupaten Way Kanan—dilibatkan sebagai penguji praktisi sekaligus pembahas tesis.

Tesis yang diuji merupakan karya mahasiswa MPBKL, Mirna Suri, yang mengangkat tema pelestarian budaya adat melalui bahasa, dengan judul “Pengembalian Kata Ganti Orang Dalam Bahasa Lampung Ragam Perwatin Pada Tuturan Penglaku Gawi.” Kehadiran Usman Karim dinilai sangat relevan, karena beliau merupakan pelaku aktif dalam pelestarian upacara adat begawi yang menjadi fokus penelitian.

Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya dalam kegiatan akademik tersebut, Usman Karim menerima sertifikat sebagai penguji praktisi, yang diserahkan langsung oleh Dekan FKIP Unila, Dr. Albet Maydiantoro, M.Pd.

Ketua Program Studi MPBKL, Prof. Dr. Farida Ariyani, M.Pd., menyampaikan bahwa topik seperti ini sangat penting karena menyentuh aspek-aspek bahasa adat yang kian terpinggirkan. “Banyak istilah dan struktur bahasa adat yang mulai langka. Jika tidak dikenalkan kembali dalam ruang akademik dan kepada generasi muda, maka ada risiko kepunahan,” ujarnya.

Lebih lanjut, kegiatan ini disebut sebagai implementasi pendekatan teks, koteks, dan konteks yang menjadi ciri khas pembelajaran di MPBKL Unila. Kolaborasi dengan tokoh adat bukan hanya memperkaya perspektif akademik, tapi juga menguatkan keterhubungan antara kampus dan komunitas adat di Lampung.

“Kami berharap kerja sama seperti ini tidak berhenti di sini. Justru harus terus diperluas agar universitas dan masyarakat adat dapat saling memperkuat. Karena pusat bahasa dan budaya Lampung sejatinya hidup dan tumbuh kuat di wilayah adat itu sendiri,” tutup Prof. Farida.

Tinggalkan Balasan