Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan bahwa terdapat peluang untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Menurutnya, pergerakan nilai tukar akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Donald Trump dan keputusan terkait suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
“Kami melihat ada ruang bagi nilai tukar untuk stabil, bahkan cenderung menguat. Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar ini sesuai fundamental ekonomi,” ujar Perry dalam konferensi pers KSSK di Kantor Kementerian Keuangan, Jumat (24/1/2025).
Saat ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp16.000 per dolar AS sejak Desember 2024. Perry menegaskan bahwa BI berfokus pada stabilitas nilai tukar untuk mendukung pengendalian inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas sistem keuangan.
“Fokus kami adalah menjaga stabilitas nilai tukar agar selaras dengan mata uang regional. Bahkan, rupiah menunjukkan penguatan dibandingkan mata uang negara-negara maju,” tambahnya.
Perry juga menjelaskan bahwa tren stabilitas nilai tukar akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan indeks dolar AS.
“Indeks dolar yang sebelumnya sempat di atas 109 kini melemah menjadi 108 dalam dua hari terakhir. Ke depan, kami akan terus memantau arah kebijakan pemerintah AS dan suku bunga FFR untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry.
Langkah BI ini diharapkan dapat mendukung perekonomian nasional dengan menciptakan kestabilan di pasar keuangan.