Teknologi – Saat ini, popularitas game online terus meningkat, namun sayangnya, hal ini juga membuka peluang bagi risiko pedofilia dan predator seksual yang mengincar anak-anak. Oleh karena itu, orang tua diingatkan untuk tidak membiarkan anak bermain game online tanpa pengawasan.
“Ancaman predator online sangat besar, tersebar di berbagai platform digital, seperti game online, media sosial, dan aplikasi lainnya,” ujar Dr. Irwan Dwi Arianto MIKom, pakar komunikasi Big Data, dalam seminar Smart Parents bertema ‘Lindungi Anak dari Predator Online’ baru-baru ini.
Irwan, yang juga merupakan Founder Analisa Komunikasi Big Data (Asigta), mencontohkan salah satu game online populer, yakni ‘Roblox’. Ia mengutip percakapan yang terjadi di dalam game tersebut, seperti salah satu chat yang menyebutkan, “Kapan-kapan aku foto nggak pakai baju.”
Menurut Irwan, pembicaraan seperti ini berpotensi berkembang ke hal-hal yang lebih serius. “Pasti akan berlanjut ke topik yang seharusnya hanya dilakukan oleh orang dewasa yang sudah menikah,” ujarnya tegas.
Ia menjelaskan bahwa meski para pemain di game tersebut masih anak-anak, mereka sudah terpapar dengan informasi yang seharusnya hanya didapatkan oleh orang dewasa. “Mereka belum memahami kedewasaan, tapi sudah mendapatkan informasi yang seharusnya mereka hindari,” tambahnya.
Irwan mengingatkan orang tua bahwa game online yang dilengkapi dengan fitur chat dan kemampuan berbagi foto memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan oleh predator seksual. Para predator ini sering menyamar sebagai anak-anak sebaya dengan korban mereka.
“Mereka mulai berinteraksi dengan anak kecil, membangun kedekatan, lalu merayu untuk melakukan percakapan yang tidak pantas. Ini akhirnya bisa berujung pada pelecehan dengan alasan cinta,” jelasnya.
Karena merasa nyaman dengan sesama anak, anak-anak yang menjadi korban tidak sadar bahwa mereka sudah terjebak dalam perangkap predator online.
“Jika foto tidak senonoh dikirimkan, bisa jadi ini akan digunakan untuk mengancam korban,” kata Irwan, mengutip ancaman yang bisa diberikan oleh predator kepada anak-anak yang menjadi target mereka. “Jika tidak menurut, foto ini akan saya sebarkan, atau saya kirimkan ke orang tua kamu supaya mereka malu,” tuturnya.
Ironisnya, menurut Irwan, banyak orang tua yang justru memberikan game seperti Roblox kepada anak mereka tanpa menyadari potensi bahaya yang ada. “Banyak orang tua yang, saat membeli ponsel baru untuk anak, malah meminta untuk menginstall game Roblox, tanpa tahu adanya ancaman di dalamnya,” ujarnya.
Walaupun game ini tidak tampak mengandung unsur pornografi secara langsung, Irwan menegaskan bahwa percakapan di dalamnya bisa sangat berbahaya. “Ternyata, dalam chat-nya, isinya bisa sangat tidak pantas,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa melalui kolom chat di game ini, predator online dapat mengumpulkan foto-foto anak-anak yang kemudian bisa digunakan untuk ancaman dan pemerasan. “Bukan pemerasan uang, karena uang bisa dicari. Tetapi jika kita kehilangan anak kita, itu adalah sesuatu yang tidak ternilai,” tegasnya.